India

Rajasthan Trip – Day 3/8

Namaste!

Wah akhirnya bisa menyelesaikan tulisan ini disela-sela kesibukan sehari-hari. Sampai lupa gw masih ada hutang menyelesaikan tulisan perjalanan gw dan teman-teman di Rajasthan, India. Bagi yang mau membaca perjalanan sebelumnya bisa klik disini. Baiklah, langsung saja dibaca yaa di bawah ini 🙂

Jaisalmer, the Golden City

Hari ke-tiga dalam perjalanan di Rajasthan, kami berencana untuk menghabiskan berkeliling di kota Jaisalmer. Waktu kami di Jaisalmer hanya 1 hari lagi saja, yang berarti hari ini akan berkunjung ke tempat-tempat terpenting di kota ini. Jaisalmer itu kota yang tidak terlalu besar, jarak antar tempat-tempat wisatanya masih relatif dekat.

Pagi ini kota Jaisalmer diturunkan hujan. Cuaca serasa semakin dingin ketika membuka pintu balkon hostel. Sambil menunggu gerimis reda, kami memesan sarapan dari hostel. Sarapannya roti bakar dibalut telur omelette dan secangkir chai. Sarapan seharga Rs 120 (Rp 23,000) cukup membuat kami kenyang dan siap untuk berangkat.

Hujan sudah reda, dan pukul 9 kami jalan kaki keluar hostel menuju tujuan pertama yaitu Jaisalmer Fort. Karena hujan semaleman, jalan raya menuju sana banjir donk hehe. Dari Jakarta kena banjir, eh di Jaisalmer juga ikutan banjir. Kami berjalan berhati-hati dan berhenti menjauh ketika mobil/tuk-tuk lewat, biar ga kecipratan. Sambil jalan, kami melewati sekolah swasta dan melihat banyak anak-anak berkumpul memasuki sekolah, dan kami pun melipir sebentar untuk melihat aktivitas mereka saat itu.

Dari hostel menuju Jaisalmer Fort hanya berjarak 1,9 km dan memakan waktu 10-15 menit dengan berjalan kaki santai. Sepanjang jalan terlihat suasana kota dengan rumah-rumah yang berwarna kuning emas, dan banyaknya sapi yang berlalu-lalang. Toko-toko pun mulai dibuka dan sedikit demi sedikit mulai terlihat suasana kota yang sibuk.

Selamat beraktivitas!

Jaisalmer Fort

Sedikit informasi tentang Jaisalmer Fort, adalah sebuah benteng yang dahulu kala merupakan kotanya sendiri. Dibangun pada tahun 1156 oleh Rajput Rawal Jaisal, dan dinamakan dari beliau. Dipercaya bahwa seperempat dari populasi kota lama masih tinggal di dalamnya. Seiring dengan berjalannya waktu, pengembangan kota mulai meluas hingga ke luar benteng.

Masuk ke Jaisalmer Fort itu seperti masuk ke adegan film Aladdin gitu. Jalanannya sempit, hanya motor yang bisa lewat, terkadang tuktuk juga bisa masuk melalui beberapa gang yang agak besar. Kabel-kabel kusut dan papan reklame menghiasi bagian atas gang yang sempit. Rumah warga, hotel, maupun toko berada di antara gang tersebut.

Jaisalmer Fort berdiri lebih tinggi daripada bangunan lain, dan kami bisa melihat kota Jaisalmer dari beberapa titik saat berada di dalamnya. Salah satu pemandangan yang kami temukan sebagai berikut:

Di dalam Jaisalmer Fort, ada juga kuil yang terkenal yaitu Jain Temple. Kami agak ragu waktu itu untuk masuk atau tidak karena pada jam 10 pagi beberapa bagian dari kuil tersebut belum dibuka untuk turis karena masih dipakai oleh para warga sekitar untuk beribadah. Tiket masuk ke Jain Temple sebesar Rs 200 (Rp 38,000) dan jika membawa kamera akan kena cas lagi sekitar Rs 500 (Rp 95,000).

Jain Temple

Setelah keliling Jaisalmer Fort, teman-teman gw ingin mencari SIM card untuk mengaktifkan internet. Menurut Ana, resepsionis hostel, SIM card bisa dibeli di Pasar Pansari yang berada di depan pintu masuk Jaisalmer Fort.

For your information, SIM Card India agak ribet pemasangannya. Diperlukan dokumen-dokumen seperti pas foto ukuran India dan fotokopi paspor, lalu untuk aktifasi kartu SIM butuh waktu 1-2 hari. Namun pemakaian SIM bisa sampai 30 hari dan bebas biaya telepon. Sebenarnya rugi sih untuk yang trip selama seminggu karena waktu yang dipakai cuma sebentar. Untuk harga SIM di kisaran RS 300-500 (Rp 58,000 – 95,000).

Waktu kami ke toko seluler di pasar untuk mencari SIM, langsung ditawarkan dengan harga Rs 1,000 (karena melalui perantara). What? Harga di pasar kok malah jadi dua kali lipat lebih mahal ya. Mereka tau kita turis dan yaa begitulah, aji mumpung heheh. Sudah ditawar tapi tetap harga ga turun sampai akhirnya kami pun pergi mencari tempat lain walaupun akhirnya memutuskan untuk tethering pake SIM Card yang sudah dibeli di Indonesia aja.

Patwa Haveli

Setelah dari Jaisalmer Fort sebenarnya kami sudah janjian bertemu dengan pemilik hostel yang bernama Meera. Baru bertemu beliau pas sarapan dan bercerita kalau sehari-hari bekerja di tempat pembuatan kain. Beliau menawarkan untuk datang ke tokonya dan setelah itu akan dipandu tur gratis ke Patwa Haveli. Meera senang banget menyambut turis Indonesia karena beliau berteman baik dengan Mas Pandu alias @backpackertampan. Meera sesekali menunjukan beberapa hasil karya jepretan Mas Pandu yang dipajang di hostel.

Bertemulah kami dengan Meera di sekitar Patwa Haveli, dia memperkenalkan saudara-saudaranya kepada kami. Salah satunya bernama Kasam, yang akan menemani kami berkeliling ke Patwa Haveli dan setelahnya akan mampir ke tempat pengrajin kain serta ke toko kainnya.

Dari tadi ngomongin Patwa Haveli, emang itu apa sih?

Kata Haveli sendiri mempunyai arti “rumah besar”, dan di Jaisalmer terdapat 3 haveli yang paling mengesankan yaitu Patwon Ji Ki Haveli, Salim Singh Ki Haveli, dan Nathmal-Ki Haveli. Sebenarnya tempat ini merupakan rumah pedagang terkaya pada masa itu di Jaisalmenr. Ukiran di bagian luar rumah yang penuh detail bisa diperlihatkan sebagai status kekayaan yang punya rumahnya.

Pintu masuk Patwa Haveli

Patwon Ji Ki Haveli merupakan yang pertama kali dibangun di Jaisalmer. Terdiri dari 5 haveli yang berdempetan, haveli pertama adalah yang paling terkenal dengan sebutan Kothari’s Patwa Haveli. Dibangun oleh Guman Chand Patwa pada tahun 1805, Patwa Haveli merupakan bangunan yang paling besar.

Patwa dulu seorang saudagar terkaya di Jaisalmer yang menjual perhiasan. Saking kayanya, 4 rumah sebelahnya dibelikan untuk anak-anaknya. Namun saat ini dari 5 haveli yang tersedia, 2 sudah dijual dan dijadikan museum, 1 dibeli oleh pemerintah dan hanya satu yang tersisa yang menjadi tempat tinggal turunan keluarga Patwa. 1 lagi? hmm dijadikan toko sepertinya.

Cakep banget kan detail ukirannya

Info menarik, bentuk bangunan rumah di Jaisalmer itu punya ciri khas. Mau rumahnya besar atau kecil, pasti di bagian tengah rumah ada courtyard atau halaman dengan atap terbuka. Tujuannya untuk apa? Ada dua alasan menurut cerita Kasam. Satu, adalah karena kota gurun jarang hujan, sekalinya hujan air akan jatuh ke bagian rumah yang terbuka dimana di bawahnya akan ditampung sebagai air persediaan. Sedangkan alasan kedua karena di kota ini listrik belum stabil sehingga sering tidak ada daya di siang hari, maka dari itu atap yang terbuka menjadi sumber penerangan di siang hari.

Ciri khas rumah Jaisalmer

Setelah dari kawasan Patwon Ji Ki Haveli, kami dibawa ke tempat pembuatan kain. Ketika memasuki rumahnya, langsung masuk ke area halaman yang luas dimana terdapat dua wanita yang sedang menjahit kain. Di sisi-sisi halamannya barulah kami melihat ruangan penuh dengan mesin jahit, lalu di sisi lain terpajang kain hasil jadi.

Kasam hanya membawa kami melihat-lihat saja di tempat ini, setelahnya akan dibawa ke toko kain dimana Meera dan saudara-saudaranya bekerja. Kami masuk ke dalam toko dan dipersilahkan duduk di kursi dan diberikan chai. Oh ya, di sini kami baru merasakan pengalaman berbelanja di India. Penjualnya bener-bener memperlakukan pelanggan seperti raja, dibuat nyaman dulu sambil mereka memperlihatkan satu per satu barang yang ada di tokonya. Yak, strategi penjualan yang manjur bagi orang-orang India atau arab sekalipun, membuat pelanggan nyaman sehingga akan timbul rasa ga enak kalau tidak beli. Mungkin yang pernah belanja kain di Pasar Baru pernah merasakannya? hehehe

Pembeli dipersilahkan duduk dan disuguhi chai

Harga tawaran dari Kasam untuk kain-kainnya berkisar dari harga rendah hingga yang fantastis. Kami berempat pun tergiur ketika memegang kain dengan bahan baby camel. Uuh, dingin-dingin begini enak nih pakai syal ini. Tapi harganya lumayan menguras dompet nih, sedangkan Jaisalmer baru kota pertama. Akhirnya niat kami membeli syal baby camel tertunda. Maaf Kasam, udah capek-capek mengeluarkan jurus sakti menjual kain, malah tidak ada yang beli heheh.

Kasam sepertinya mengerti keempat backpacker ini sedang kedinginan dan yang dibutuhkan adalah baju hangat nan ekonomis, akhirnya kami pun dipandu ke sebuah toko persis dibelakang Patwa Haveli, dan disana kami akhirnya membeli syal hangat (walaupun bukan yang berbahan baby camel).

Lunch Time!

Lapar melanda. Mengikuti rekomendasi tempat makan dari Meera memang tepat! Kenapa? Karena disini lah kami jatuh cinta sama makanan India yang ENAK! Nama tempatnya Zayka Restaurant yang menyajikan makanan vegetarian. Tempatnya tidak jauh dari Patwa Haveli (700m), kami menyewa tuktuk untuk pergi ke sana. Semua yang kita pesan bahan dasarnya sayuran aja tapi bumbu karinya itu looh, nikmat tenan. Apalagi dicocol sama roti naan.

Tempatnya ada di sini: The Zayka Pure Veg Restaurant 29, Opp. Collector Office, CVS Colony, Jaisalmer, Rajasthan 345001, India

Makanan yang kita pesan berupa Kaju Curry (Rs 280), Paneer Labda (Rs 280), Dal Makhani (Rs 250), Butter Naan (Rs 160) dan Garlic Naan (Rs 210). dengan total biaya makan sebesar Rs 1180 = Rp 225,000 untuk berempat. Mantul, kenyang bikin energi terisi kembali.

Gadisar Lake

Gerbang menuju Gadisar Lake

Tempat wisata selanjutnya yang harus dikunjungi di Jaisalmer adalah Gadisar Lake. Bagusnya itu kalau datang saat matahari terbenam loh. Tapi kami ke sana setelah makan siang karena sudah punya rencana mau lihat sunset di Bada Bagh. Lagipula tempatnya ga begitu jauh dari Zayka Restaurant, hanya 2 km.

Asal muasal Gadisar Lake adalah danau buatan yang dibangun untuk memberi solusi kekurangan air bagi warga Jaisalmer pada masanya. Dibangun oleh Raja Rawal Jaisal (Maharaja pertama kota ini), danau ini menjadi ikon penting di Jaisalmer. Kuil-kuil pun dibangun di tepian danau. Pada musim dingin, tempat ini merupakan wilayah migrasi burung-burung. Liat deh banyak banget burung daranya… Kami sempatkan berfoto-foto dulu yaa 😀

Ga mau terlalu dekat aah.. takut ada yang jatoh ke baju hahah

Setelah dari Gadisar Lake, waktu menuju sunset masih panjang. Akhirnya kami kembali ke hostel untuk keperluan pribadi. Ada yang ke WC, ada yang mengisi daya baterai kamera, ada yang update status di Instastory sambil rebahan.

Bada Bagh Cenotaphs

Sudah mau satu jam sebelum matahari terbenam, kami pun akhirnya pergi ke Bada Bagh dengan tuktuk pesanan dari hotel. Tuktuk ini yang akan mengantar kami pulang dan pergi ke sana. Tempatnya lumayan jauh agak naik ke atas gunung, sekitar 8 km. Tuktuk kami melesat kencang, dan itu pun pengemudinya sambil menelepon pula. Tidak perlu pakai AC, kami berempat udah beku kedinginan dibelakang karena angin bertiup kencang sekali – ya mana ada juga sih tuktuk pake AC hahaha.

Sesampainya di Bada Bagh, kami semua terkagum-kagum atas keindahannya. Ini sebenarnya semacam kuburan gitu loh, tapi spesial banget karena yang berada di sini adalah makam turunan kerajaan. Bada Bagh sendiri mempunya arti “Taman Besar”, walaupun bukan sepenuhnya taman, tapi merupakan makam yang kemudian dibuatkan taman untuk mengenang para mendiang Raja, dan Ratu. Biaya masuk ke tempat ini Rs 150 (Rp 29,000)

Setelah berfoto-foto dengan kecantikan Bada Bagh, kami menikmati pemandangan sunset pertama di Rajasthan. Kalau dibilang romantis, romantis banget suasananya huhuh. Jadi inget orang-orang yang di rumah, pengen gitu suatu saat membawa mereka ke sini dan melihat keindahannya bersama-sama.

Surya tenggelam

Setelah matahari terbenam, kami pun pulang kembali bersama tuktuk menuju hostel. Mampir sebentar di pasar depan Jaisalmer Fort karena adik kita, Miggy, ingin mencoba makan mie Maggy.

Pengalaman membeli Maggy di pasar

Sesampainya di hostel, suasanya seperti lagi ada orang hajatan. Rumah samping hostel ada tenda berwarna pink dan terdengar alunan suara musik. Ternyata tetangga lagi ada nikahan. Dasar ya ini kita turis, penasaran banget nikahan orang India gimana, malah ngintip-ngintip ke rumah sebelah. Akhirnya keluarga yang punya hajat keluar trus ngobrol deh sama kita. Sambil dibawa juga pemain musiknya untuk menghibur para turis ini hahaha.

Foto dulu sama yang punya hajat

Train to Jodhpur

Malam ini malam terakhir di Jaisalmer. Jadwal selanjutnya adalah naik kereta malam untuk ke kota selanjutnya, Jodhpur. Jadwal kereta berangkat pukul 12 malam, dan kami menghabiskan malam ini untuk bercengkrama dengan para staf hotel. Makan malam dibikin sama Miggy, yang ternyata Maggy bikinannya enak banget. Fix ini jadi favorit Miggy selama di India.

Maggy buatan Miggy 😀

Setelah melakukan check-out pukul 23.15, kami pun memesan tuktuk untuk ke Stasiun Jaisalmer. Hati-hati ketika berada di stasiun kereta, karena banyak orang yang menyamar sebagai petugas lalu menanyakan gerbong berapa untuk diantar, namun sesampainya di gerbong mereka akan meminta uang untuk dibayar “jasa antar”nya. Untung ada si Harvin yang “galak” ke orang yang mencoba nipu-nipu kita.

Stasiun Jaisalmer

Perjalanan ke Jodhpur itu sekitar 6 jam. Sengaja kami memesan sleeper train karena untuk menghemat waktu, kami bisa tidur di perjalanan (lagi). Malam pertama dengan mobil, kemudian malam ini dengan kereta. Sleeper train yang kami pesan di kelas A1 disediakan selimut, bantal, dan sprai. 1 kompartemen berisi 4 kasur, 2 di bagian bawah dan 2 di bagian atas. Para cowo tidur di bawah dan para cewe di atas untuk menghindari orang-orang iseng yang lewat (takutnya ditoel-toel gitu). Ada lampu dan kipas angin di sini jadi kalau mau tidur bisa dimatikan lampunya, dan karena musim dingin, ga perlu lah nyalain kipas angin. Ini aja pada pake minyak kutus-kutus semua karena pada masuk angin hahaha.

Akhirnya kereta berjalan. Gw pasang alarm untuk tidur 5 jam karena lumayan parno sih takut ketiduran dan pas bangun nyasar di kota lain hiih. Tapi kalau lagi di situasi seperti ini, survival skills kita biasanya lebih waspada. Jadinya sering terbangun tiba-tiba dan langsung mengecek posisi di Gmaps. Kalau masih jauh tidur kembali, kalau udah dekat siap-siap deh ke WC cuci muka.

Selesai sudah perjalanan di Jaisalmer, berikutnya gw bakal lanjut di hari ke-4 ketika tiba di kota biru, Jodphur. Klik di sini untuk baca cerita selanjutnya. Kalau mau baca cerita di hari-hari sebelumnya, klik disini yaa.

Terima kasih sudah berkenan membaca sampai akhir. Namaste!

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *